Diare
adalah buang air besar yang frekuesinya lebih sering dan konsistensi tinja
lebih encer dari biasanya. Selama terjadi diare, tubuh akan kehilangan cairan
dan elektrolit secara cepat. Pada saat yang bersamaan, usus kehilangan
kemampuannya untuk menyerap cairan dan elektrolit yang diberikan kepadanya.
Pada kasus yang ringan dimana proses penyerapan belum terganggu, berbagai
cairan yang diberikan kepadanya dapat mencegah dehidrasi. Lebih kurang 10%
episode diare disertai dehidrasi /kekurangan cairan secara berlebihan. Bayi dan
anak yang lebih kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih
besar dan dewasa. Oleh karena itu, mencegah atau mengatasi dehidrasi merupakan
hal penting dalam penanganan diare pada anak
Diare akut umumnya disebabkan infeksi virus
dan sebagian besar akan sembuh sendiri. Namun, saat si kecil diare, ia
seringkali menolak makan, termasuk makanan favoritnya. Si kecil juga tampak
lemas dan terkadang juga tidak mau minum. Hal ini tentu membuat kuatir Ayah dan
Bunda karena takut si kecil mengalami kekurangan zat gizi.
Disentri. Yaitu
episode diare akut yang tinja nya ditemukan darah terlihat secara kasat mata.
Disertai gejala Diare dengan darah, lendir dalam tinja dan tenesmus (mejan)
Angka kejadian
Diare cair akut
20 - 80% Diare cair akut anak di dunia umumnya disebabkan oleh rotavirus.
Dengan jumlah kematian 440.000 anak pertahun.
Disentri
Berupa diare akut
berdarah. Merupakan 10% dari diare akut pada anak kurang dari 5 tahun.
Lalu
bagaimana mensiasati memberi makan saat anak sedang diare?
- Selalu siapkan cairan oralit
untuk mengganti cairan yang keluar setelah diare.
Anak yang
mengalami diare sangat rentan dehidrasi. Anak yang mengalami dehidrasi ringan
sedang akan terlihat kehausan, sebaliknya bila sudah mengalami dehidrasi berat
maka ia malas minum.
Cegah si
kecil mengalami dehidrasi dengan memberikan oralit sekitar 10 ml/kg berat
badan. Misal berat badannya 10 kg, maka ia perlu oralit 100 ml setiap diare.
Bila si kecil muntah setelah minum oralit, tunda dulu sebentar lalu berikan
kembali sedikit demi sedikit.
- Lanjutkan
pemberian air susu ibu (ASI)
Air susu ibu memiliki efek proteksi terhadap
terjadinya diare. Saat si kecil diare, lanjutkan memberikan ASI. Kandungan
laktosa yang terdapat dalam ASI tidak menyebabkan diare bertambah parah.
Pemberian susu formula bebas laktosa saat sedang diare masih kontroversial,
meski beberapa penelitian menunjukkan manfaat mengganti susu formula ke bebas
laktosa saat sedang diare.
3. Berikan
makanan yang banyak mengandung cairan
Bagi anak yang sudah mulai makan makanan
padat, ayah dan bunda dapat memberikan makanan yang banyak mengandung air,
seperti sup, yogurt, atau air kelapa. Pemberian buah segar (jus buah) tidak
disarankan, karena mengandung sukrosa, fruktosa dan sorbitol yang menyebabkan
peningkatan osmolalitas. Makanan yang mengandung tinggi kalium, seperti pisang
juga bisa menjadi pilihan. Hindari memberikan minuman manis atau soda saat si
kecil sedang diare.
4. Berikan
makanan dalam porsi kecil dan sering
Saat sedang diare nafsu makan mungkin
akan menurun, tetapi asupan makanan yang masuk tetap harus diperhatikan. Saat
diare, si kecil mungkin juga merasa mual atau malah muntah, berikan makanan
dalam porsi lebih kecil yang lebih mudah diterima. Makanan dalam porsi kecil
ini perlu diberikan lebih sering, misal tiap 3-4 jam, untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi si kecil selama diare.
Lalu
bagaimana mensiasati memberi makan saat anak sedang diare?
- Selalu siapkan cairan oralit
untuk mengganti cairan yang keluar setelah diare.
Anak yang
mengalami diare sangat rentan dehidrasi. Anak yang mengalami dehidrasi ringan
sedang akan terlihat kehausan, sebaliknya bila sudah mengalami dehidrasi berat
maka ia malas minum.
Cegah si
kecil mengalami dehidrasi dengan memberikan oralit sekitar 10 ml/kg berat
badan. Misal berat badannya 10 kg, maka ia perlu oralit 100 ml setiap diare.
Bila si kecil muntah setelah minum oralit, tunda dulu sebentar lalu berikan
kembali sedikit demi sedikit.
- Lanjutkan
pemberian air susu ibu (ASI)
Air susu ibu memiliki efek proteksi terhadap
terjadinya diare. Saat si kecil diare, lanjutkan memberikan ASI. Kandungan
laktosa yang terdapat dalam ASI tidak menyebabkan diare bertambah parah.
Pemberian susu formula bebas laktosa saat sedang diare masih kontroversial,
meski beberapa penelitian menunjukkan manfaat mengganti susu formula ke bebas
laktosa saat sedang diare.
3. Berikan
makanan yang banyak mengandung cairan
Bagi anak yang sudah mulai makan makanan
padat, ayah dan bunda dapat memberikan makanan yang banyak mengandung air,
seperti sup, yogurt, atau air kelapa. Pemberian buah segar (jus buah) tidak
disarankan, karena mengandung sukrosa, fruktosa dan sorbitol yang menyebabkan
peningkatan osmolalitas. Makanan yang mengandung tinggi kalium, seperti pisang
juga bisa menjadi pilihan. Hindari memberikan minuman manis atau soda saat si
kecil sedang diare.
4. Berikan
makanan dalam porsi kecil dan sering
Saat sedang diare nafsu makan mungkin
akan menurun, tetapi asupan makanan yang masuk tetap harus diperhatikan. Saat
diare, si kecil mungkin juga merasa mual atau malah muntah, berikan makanan
dalam porsi lebih kecil yang lebih mudah diterima. Makanan dalam porsi kecil
ini perlu diberikan lebih sering, misal tiap 3-4 jam, untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi si kecil selama diare.
5. Lanjutkan memberikan makanan yang mengandung
tinggi energi setelah sembuh dari diare.
Saat
sedang diare, berat badan si kecil seringkali menurun karena asupan yang kurang
atau kondisi dehidrasi. Bila diare sudah perbaikan, maka ayah dan bunda harus
mengejar kekurangan asupan makan tersebut dengan melanjutkan memberikan makanan
yang mengandung tinggi energi agar pertumbuhan si kecil tetap terjaga saat masa
penyembuhan.
Semoga beberapa tips di atas dapat
membantu mengatasi kekuatiran ayah dan bunda saat si kecil tidak mau makan
karena sedang diare.
Pertanyaan
yang sering diajukan mengenai diare pada anak
1.
Apakah Teh
boleh diberikan pada anak diare dengan maksud sebagai cairan rehidrasi
(penambah/pengganti cairan)?
Jawaban:
Anak dengan diare membutuhkan Natrium sebagai
pengganti natrium yang terbuang saat diare. TEH tidak tepat jika digunakan
sebagai pengganti cairan pada anak dengan diare karena kandungan Natrium dalam
teh rendah.
2.
Apakah anak
yang muntah tidak boleh diberikan Oralit?
Jawaban:
Muntah bukan larangan untuk pemberian oralit. Berikan
perlahan dan konstan untuk mengurangi muntah.
3.
Apakah anak
dengan diare harus dipuasakan/dikurangi makannya?
Jawaban
Memuasakan anak dengan diare hanya akan memperpanjang
waktu diare.
4.
Apakah ASI harus
dihentikan saat diare?
Jawaban:
ASI harus
dilanjutkan, ASI bisa digunakan sebagai cairan pengganti selama diare. Anak
yang sebelumnya hanya mendapat ASI jangan diganti dengan Susu Formula.
5.
Apakah anak diare boleh
diberikan sprite, cola, minuman olahraga?
Jawaban:
Minuman diatas mengandung Karbohidrat tinggi,
Osmolaritas Tinggi dan kadar Natrium Rendah. Tidak disarankan pemberiannya
sebagai cairan rehidrasi karena akan menyebabkan diare osmotik.
6. Apakah anak dengan diare harus ganti susu rendah
laktosa?
Jawaban:
Hanya untuk bayi yang sebelumnya telah mendapat susu
formula dan secara klinis menunjukkan tanda intoleransi laktosa berupa diare
profus/terus-menerus, kembung, sering kentut, sakit perut, kemerahan pada anus
dan tinja berbau.
7.
kapan anak harus
dibawa periksa saat diare?
Jawaban:
Anak terlihat haus, kencing berkurang, mata agak
cekung, kekenyalan kulit menurun, bibir kering, muntah terus-menerus (cairan
tidak bisa masuk)
Sumber: