Bayi lahir dari ibu penderita diabetes
mellitus ( DM ), infeksi hepatitis B, tuberculosis, malaria atau sifilis
kemungkinan besar akan mengalami masalah beberapa waktu setelah lahir, meskipun
nampak normal pada waktu lahir. Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita DM
beresiko mengalami masalah pada saat lahir berupa gangguan maturitas paru,
berat lahir besar untuk masa kehamilan ( BMK ) atau makrosomia, atau bila
disertai dengan penyakit vascular akan mengalami berat lahir kecil untuk masa
kehamilan ( KMK ). Masalah yang timbul beberapa saat setelah lahir dapat berupa
hipoglikemia dengan tanda alergi, tak
mau minum, apnea atau kejang dalam 6 – 12 jam setelah lahir. Kejang yang timbul
setelah umur 12 jam kemungkinan diakibatkan hipokalsemia atau hipomagnesemia.
Disetres respirasi akibat imaturitas paru dapat juga ditemui. Masalah yang
paling sulit terjadi ada bayi yang lahir dari ibu dengan gangguan ginjal,
jantung atau mata.
Bayi yang lahir dari ibu penderita
hepatitis B biasanya asimtomatis, jarang yang disertai gejala sakit. Transmisi
virus hepatitis B ( HB ) dari ibu penderita gejala sakit. Transmisi virus
hepatitis B ( HB) dari ibu penderita terjadi pada saat bayi lahir karena
paparan darah ibu. Bila ibu terbukti menderita hepatitis akut pada kehamilan
trisemester pertama dan kedua, resiko penularan pada bayinya kecil karena
atigen dalam darah sudah negative pada kehamilan cukup bulan dan anti HBs sudah
muncul. Bila ibu terinveksi virus HB pada kehamilan trisemester akhir, kemungkinan
bayi akan tertular adalah 50-70%.
Kejadian tuberkolusis (TB) congenital jarang.
Ibu hamil dengan infeksi TB pada paru saja tidak akan menularkannya ke janin
sampai bayi lahir. Mekanisme infeksi intrauterine dapat melalui beberapa cara
yaitu plasenta yang terinfeksi intrauterine dapat melalui beberapa cara yaitu
plasenta yang terinfeksi basil tuberculosis, TB plasenta yang menyebar ke janin
melalui vena umbilikalis, aspirasi lender yang telah terinfeksi pada saat
lahir, atau paparan yang terjadi pada periode pasca natal.
Di daerah endemic malaria, infeksi
Plasmodium falsiparum selama kehamilan meningkatkan kejadian anemia ibu hamil,
abortus, lahir mati, kelahiran premature, gangguan pertumbuhan intrauterine dan
bayi lahir berat rendah ( BBR ). Insidens infeksi sifilis semakin meningkat
dari tahun ke tahun, namun diperkirakan hanya sepertiganya yang tercatat.
Meskipun transmisi infeksi sifilis ke janin diperkirakan terjadi pada dua
trimester akhir, namun kuman spirokhaeta dapat menembus plasenta kapan saja
selama kehamilan.
LANGKAH PROMOTIF / PREVENTIF
Diabetes Melitus
Pencegahan kompliksi yang berat pada janin maupun
bayi pada masa neonatal dilakukan dengan penanganan pada ibu selama hamil
berupa :
·
Edukasi
ibu untuk melakukan control rutin dibawah pengawasan ketat seorang dokter.
·
Mengontrol
kadar gula dengan terapi diet bila tidak berhasil dengan insulin.
·
Memperhatikan
kontraindikasi pemberian obat antidiabetik oral.
·
Pemeriksaan
pada trismeter Pertama, Kedua dan Ketiga.
Infeksi Hepatitis B
Tindakan pencegahan terhadap kejadian infeksi HB
neonatal adalah dengan memberikan imunoprofilaksis.
Infeksi Tuberkulosis
Tindakan pencegahan yang paling efisien terhadap
kejadian TB neonatal adalah menemukan dan mengobati kasus TB pada ibu hamil
sedini mungkin. Didaerah dengan prevalensi TB cukup tinggi, sebaiknya dilakukan
uji tuberculin pada semua ibu hamil yang dicurigai kontal dengan penderita TB,
ibu hamil dengan HIV positif, diabetes atau gastrektomi, atau ibu yang bekerja
dilingkungan dengan kemungkinan penularan cukup tinggi ( seperti rumah sakit,
penjara, rumah yatim piatu, dll ).
Infeksi Malaria
Salah satu tindakan yang dikembangkan dan paling
efektif untuk mencegah komplikasi terhadap janin akibat infeksi malaria selama
hamil adalah :
-
Menemukan
kasus dan memberikan pengobatan intermiten sulfadoksin-pirimetamin minimal 2
kali selama hamil.
Infeksi Sifilis
ð Lakukan pemeriksaan serologis pada ibu
hamil yang mempunyai factor resiko tinggi ( pelaku seks komersial, sering
berganti pasangan, pecandu obat-obatan, riwayat menderita infeksi sebelumnya,
riwayat infeksi HIV ).
ð Berikan pengobatan secara adekuat
terhadap ibu hamil yang terinfeksi sifilis atau dicurigai terinfeksi untuk
mencegah terjadinya sifilis kongiental.
LANGKAH DIAGNOSTIK
Ibu menderita diabeter mellitus
Pemeriksaan laboratorium yang harus dimonitor secara
ketat adalah :
·
Kadar
glucose serum harus diperiksa menggunakan Dextrosit(R) segera
setalah lahir dan selanjutnya sesuai prosedur pemeriksaan kadar glukosa darah.
Bila kadarnya < 40mg/dl, harus dilakukan pemeriksaan ulang kadar glucose
serum.
·
Kadar
kalsium serum diperiksa pada umur 6, 24 dan 48 jam. Bila kadar rendah, kadar
magnesium darah juga harus diperiksa karena kemungkinan kadarnya juga menurun.
·
Hemoglobin
/ hematokrit diperiksa pada umur 4 dan 48 jam.
·
Kadar
bilirubin serum diperiksa bila ada indikasi(secara klinis menunjukkan tanda
ikterus)
·
Pemeriksaan
laboratorium lain seperti analisis gas darah, hitung jenis leukosit, dan kultur
diperiksa sesuai indikasi.
Pemeriksaan lain seperti radiologi, elektrokardiografi
dan ekhokardiografi dilakukan sesuai indikasi klinis.
Ibu menderita hepatitis B
- Periksa HBsAg dan IgM
anti-HBc. Kadar antigen akan terdeteksi dalam darah bayi pada umur 6
bulan,dengan kadar puncak pada umur sekitar 3-4 bulan. Jangan ambil darah
umbilikal karena (1) terkontaminasi dengan darah ibu yang mengandung
antigen atau sekresi vagina, (2) adanya kemungkinan antigen non infeksius
dari darah ibu.
Ibu menderita tuberculosis (TB)
- Kebanyakan kasusnya bersifat
asimtomatik atau dengan gejala minimal.
- Pada setiap bayi yang
dicurigai menderita TB congenital atau terinfeksi tuberculosis perinatal,
dianjurkan dilakukan uji tuberculin PPD meskipun hasilnya bisa negative
kecuali kalau infeksinya sudah berlangsung selama 4-6 bulan.
- Bila bayi terbukti menderita
TB congenital, lakukan penanganan sebagai TB congenital. (lihat penanganan
TB congenital).
Ibu
penderita malaria
- Periksa
hapusan darah terutama untuk menemukan plasmodium falciparum
pada setiap bayi yang dilahirkan ibu yang menderita malaria.
- Cari
tanda-tanda malaria congenital (missal ikterus, hepato-splenomegali,
anemia, demam, masalah minum, muntah); Meskipun kenyataannya sulit
dibedakan dengan gejala malaria.
Ibu penderita sifilis
Lakukan pemeriksaan klinis dan uji serologis (segera setelah lahir) pada
bayi yang dilahirkan ibu dengan hasil seropositif yang :
- Tidak
diobati atau tidak punya catatan pengobatan yang baik
- Diobati
pada kehamilan trimester akhir
- Diobati
dengan obat selain pinisilin
- Tidak
terjadi penurunan titer treponema setelah pengobatan
- Diobati
tetapi belum sembuh
Hasil tes serologis bisa non reaktif
bila bayi terinfeksi pada bulan-bulan terakhir kehamilan.
MANAJEMEN
Ibu dengan diabetes mellitus
Bayi
lahir dari ibu penderita diabetes mellitus, beresiko untuk mengalami
hipoglikemia pada 3 hari pertama setelah lahir, walaupun bayi sudah dapat minum
dengan baik.
·
Anjurkan ibu untuk
menyusui secara dini dan lebih sering, paling tidak 8 kali sehari, siang dan
malam.
·
Bila bayi berumur
kurang dari 3 hari, amati sampai umur 3 hari :
Periksa
kadar glucose pada :
-
Saat bayi dating atau
pada umur 3 jam
-
Tiga jam setelah
pemeriksaan pertama, kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai kadar
glukosa dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut.
·
Bila kadar glukosa <
45 mg/dl atau bayi menunjukkan tanda hipoglekami ( tremor atau letargi ),
tangani untuk hipoglikemia ( lihat SPM hipoglikemia ).
·
Bila dalam pengamatan
tidak ada tanda hipoglikemia atau masalah lain dan bayi dapat minum dengan
baik, pulangkang bayi pada hari ke 3.
Bila
bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, bayi
tidak perlu pengamatan. Bila bayi dapat minum dengan baik dan tidak ada masalah
lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkang.
Ibu
dengan infesi hepatitis B
Ibu
yang menderita hepatitis akut selama hamil atau HBsAg positif dapat menularkan
hepatitis B pada bayinya :
·
Berikan dosis awal
vaksin hepatitis B ( VHB ) 0,5 ml IM segera setelah lahir dilanjutkan dosis
ke-2 dan ke-3 sesuai dengan jadwal imunisasi hepatitis.
·
Bila tersedia, berikan
imunoglobin hepatitis B ( HBIG ) 200 IU ( 0,5 ml ) IM disuntikan ada paha sisi
yang lainnya dalam waktu 24 jam setelah lahir atau paling lambat 48 jam setelah
lahir.
·
Yakinkan ibu untuk
tetap menyusui bayinya.
Ibu
dengan infeksi tuberculosis
·
Bila ibu menderita
tuberculosis paru aktif dan mendapat pengobatan kurang dari 2 bulan sebelum
melahirkan, atau didiagnosis menderita
TB setelah melahirkan :
-
Jangan diberik vaksin
BCG segera setelah lahir ;
-
Beri profilaksis
isoniazid ( INH ) 5 mg/kg sekali sehari peroral ;
-
Pada umur 8 minggu
lakukan evaluasi kembali catat berat badan dan lakukan tes Mantoux dan
pemeriksaan radiologi bila memungkinkan :
Ø Bila
ditemukan kecurigaan TB Aktif, mulai berikan pengobatan anti-TB lengkap (
sesuaikan dengan program pengobatan TB pada bayi dan anak )
Ø Bila
keadaan bayi baik dan hasil tes negative, lanjutkan terapi pencegahan dengan
INH selama 6 bulan.
·
Tunda pemberian vaksin
BCG sampai 2 minggu setelah pengobatan selesai. Bila vaksin BCG sudah terlanjur
diberikan, ulang pemberiannya 2 minggu setelah pengobatan INH selesai.
·
Yakinkan ibu bahwa ASI
tetap boleh diberikan.
·
Lakukanlah tindak
lanjut terhadap bayinya tiap 2 minggu untuk menilai kenaikan berat bayi.
Ibu
dengan infeksi malaria
Bayi
yang lahir dari ibu dengan malaria dapat mengalami kelahiran premature, berat
lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, demam, masalah minum, iritabilitas,
hepatisplenomegalia, ikterus, anemia.
·
Anjurkan ibu tetap
menyusui bayinya.
·
Periksa hapusan darah
terutama untuk plasmodium falciarum, bila :
-
Hasil negative, tidak
perlu pengobatan
-
Hasil positif, obati
dengan anti malaria
·
Ibu hamil yang
menderita malaria, bayinya beresiko menderita malaria kongiental.
·
Periksa adanya tanda-tanda
malaria kongiental ( misal demam, masalah minum, iritabilitas,
hepatisplenomegalia, ikterus, anemia ) gejala malaria congenital sangat sulit
dibedakan dengan gejala malaria yang didapat.
·
Gejala dapat timbul 14
jam sampai 8 minggu setelah lahir
·
Berikan klorokuin basa
10 mg/kg per oral, dilanjutkan 5 mg/kg 6 jam kemudian, selanjutnya 5 mg/kg 12
jam dan 24 jam setelah pemnberian pertama.
·
Jangan member kina pada
bayi dibawah umur 4 bulan, mengingat efek samping menimbulkan hipotensi.
Ibu
dengan infeksi Sifilis
·
Bila hasil uji
serologis pada ibu positif dan sudah diobati dengan penisilin 2,4 juta unit
dimulai sejak 30 hari sebelum melahirkan, bayi tidak perlu diobati.
·
Bila ibu tidak diobati
atau diobati secara tidak adekuat atau tidak diketahui status pengobatannya,
maka :
-
Beri bayi benzatine
benzilpenisilin IM dosis tunggal
-
Beri ibu dan ayahnya
benzathine penicillin 2,4 juta unit IM dibagi dalam dua suntikan pada tempat
berbeda
-
Rujuk ibu dan ayahnya
ke rumah sakit yang melayani penyakit menular seksual untuk tindak lanjut.
PEMANTAUAN
( MONITORING )
Diabetes
Mellitus
Bila
bayi berumur 3 tahun atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan. Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain
yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
Hepatitis
B
Pada
bayi yang dilahirkan dari ibu penderita hepatitis B dan tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat perlu dilakukan pemeriksaan :
·
HbsAgpada 1 – 2 bulan
setelah lahir, bila positif perlu penanganan lebih lanjut, rujuk ke subbagian
hepatologi.
·
Anti HBs untuk mendapat
kekebalan dan aman dari infeksi
Tuberculosis
Bila
ibu baru terdiagnosis setelah melahirkan atau belum diobati
·
Semua anggota keluarga
harus diperiksa lebih lanjut untuk kemungkinan terinfeksi
·
Bayi diperiksa foto
dada dan tes PPD pada umur 4-6 minggu
·
Ulang tes PPD pada umur
4 bulan dan 6 bulan
·
Bila hasil tes negative
pada umur 4 bulandan tidak ada infeksi aktif di seluruh anggota keluarga,
pemberian INH dapat dihentikan, pemberian ASI dapat dilanjutkan, dan bayi tidak
perlu dipisahkan dari ibu.
Bila
ibu tidak mengalami infeksi aktif, sedang dalam pengobatan, hasil pemeriksaan
sputum negative dan hasil foto dada stabil :
·
Foto ulang ibu pada 3
dan 6 bulan setelah melahirkan dan yakinkan ibu tetap minm obat.
·
Periksa anggota
keluarga lain
·
Bayi diperiksa tes
tuberculin PPD pada umur 4 bulan, bila hasilnya negative, sputum ibu negative
dan anggota keluarga lain tidak terinfeksi, hentikan pemberian INH.
·
Ulang pemeriksaan tes
tuberculin PPD pada umur 6, 9 dan 12 bulan.
Bila
ibu mendapat pengobatan secara adekuat
·
Periksa foto dada ulang
ibu pada 3 dan 6 bulan setelah melahirkan karena ada kemungkinan terjadi
eksaserbasi
·
Lakukan pemeriksaan
ulang tes tuberculin PPD setiap 3 bulan selama 1 tahun, setelah itu evaluasi
tiap tahun.
·
INH tidak perlu
diberikan pada bayi
·
Periksa anggota
keluarga lain.
Malaria
·
Lakukan tindak lanjut
tiap 2 minggu dalam 8 minggu untuk memeriksa pertumbuhan bayi dan memerika
tanda-tanda malaria congenital, missal : ikterus, hepatosplenomegali, anemia,
demam, masalah minum, muntah.
Sifilis
·
Lakukan tindak lanjut
dalam 4 minggu untuk memeriksa pertumbuhan bayi dan tanda-tanda sifilis
congenital pada bayi.
·
Cari tanda-tanda
sifilis kongiental pada bayi ( edema, ruam kulit, lepuh ditelapak tangan/kaki,
kondiloma dianus, rhinitis, hidrops fetalis/hepatosplenomegali )
·
Bila ada tanda-tanda
diatas, berikan terapi untuk sifilis congenital
·
Laporkan kasusnya ke
dinas kesehatan setempat.
sumber: Standar Pelaanan Medis IDAI 2004
sumber: Standar Pelaanan Medis IDAI 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar