H
|
IV adalah
virus RNA dari subfamily retrovirus. Infeksi HIV menimbulkan defisiensi
kekebalan tubuh sehingga menimbulkan gejala berat yang disebut penyakit AIDS (
acquired immunodeficiency syndrome ). Pada tahun 2000, WHO memperkirakan 1,5
juta anak terinveksi HIV, dan diantara penderia AIDS dewasa, 30 % adalah ibu,
termasuk ibu hamil. Di Amerika Serikat 0,17 % ibu hamil sero positif HIV I
dengan angka penularan dari ibu ke bayi adalah 13-14%.
Penularan dari
pada bayinya lebih progresif dari pada penularan pada anak. Diantara bayi-bayi
yang mengalami penularan secara vertical dari ibu, 80% menunjukkan gejala
klinis HIV pada umur 2 tahun. Gambaran gejala klinis AIDS tampak pada umur 1
tahun pada 23% dan pada umur 4 tahun pada 40% dari bayi-bayi tersebut.
LANGKAH PROMOTIF / PREVENTIF
·
Mencegah penularan yang paling berbahaya, yaitu melalui
percampuran darah dari ibu beresiko tinggi dan bayi melalui plasenta, terutama
bila ada korioamnionitis. Bila terjadi ketuban pecah dini, semakin lama resiko
terinfeksi semakin besar.
·
Mencegah penularan melalui transfuse darah, sehingga
menghilangkan resiko penularan karena penderita yang baru terkena HIV mempunyai
masa seronegatif 1 – 4 bulan, dan 5 – 15% penderita HIV seronegatif. Saat ini
resiko transmisi HIV melalui donor darah adalah 1 dalam 25.000 unit transfusi.
·
Menghindari pemberian ASI dari ibu HIV
ASI dari ibu
dengan infeksi HIV berperan sebagai sumber penularan pascanatal, terutama dalam
kolostrum. Kemungkinan penularan lewat ASI sangat besar, terutama pada ibu-ibu
yang menderita HIV beberapa bulan setelah melahirkan.
Menurut
pedoman yang ada sekarang, ibu HIV sebaiknya tidak memberikan ASI apabila
penyediaan formula memenuhi syarat kebersihan dan nutrisi untuk bayi.
LANGKAH DIAGNOSTIK
Anamnesis
·
Riwayat ibu pengguna obat-obatan termasuk narkotik lewat
pembuluh darah
·
Riwayat ibu penderita hemofilia
·
Riwayat kelainan orientasi dan perilaku seksual pada ibu (wanita biseksual )
Pemeriksaan fisis
Gejala klinis
pada neonatus dapat berupa :
·
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah atau low birth weight)atau gagal tumbuh
· Infeksi saluran nafas berulang, otitis media, sinusitis,
sepsis, moniliasis berulang, kadang-kadang terjadi infeksi non spesifik dengan
gelaja hepatosplenomegali, limafadenopati, dan demam.
·
Gangguan motorik yang progresif.
Diagnosis berdasarkan
: (1) dugaan infeksi berdasarkan gejala klinik dan risiko tertular pada daerah
dengan prevalensi HIV tinggi, (2) tes serologi.
Pemeriksaan Penunjang
1.
CAT Scan : Klasifikasi basal ganglia dan atrofi corterks
cerebri.
2.
Antibodi HIV : pada anak > 18 bulan dinyatakan positif
jika IgG anti-HIV (+) dengan pemeriksaan ELISA & Blot. Pada bayi < 18
bulan bila hasil tes tersebut (+) masih diragukan karena masih terdapat
antibody transplasental dari ibu.
3.
Uji virologist untuk neonatus dengan pemeriksaan PCR, uji HIV
dan deteksi antigen P24. Uji tersebut dapat mendeteksi HIV pada 50%
neonatus atau > 95% bayi berumur 3-6 bulan.
Manajemen
Umum
·
Jika ditemukan bayi yang dilahirkan dari ibu HIV positif
-
Hormati kerahasiaan ibu dan keluarganya dan beri konseling
pada keluarga.
-
Rawat bayi seperti bayi yang lain, dan beri perhatian khusus
pada pencegahan infeksi
-
Bayi tetap diberi imunisasi rutin
-
Beri dukungan mental
-
Anjurkan permakaian kondom pada suaminya untuk mencegah
penularan infeksi.
PEMANTAUAN
Terapi
Terapi
antiretrovirus
Tanpa
pemberian obat antiretrovirus, 25 % bayi dengan ibu HIV positif akan tertular
sebelum dilahirkan atau pada waktu lahir, atau 15 % akan tertular melalui ASI.
·
Tentukan apakah ibu sedang mendapat pengobatan antiretrovirus
untuk HIV atau mendapat pengobatan antiretrovirus untuk pencegahan transmisi
pada bayinya.
·
Obati bayi dan ibu sesuai dengan protokol dan kebijakan yang ada
Contoh :
·
Bila ibu sudah mendapat AZT ( zidovudin ) 4 minggu sebelum
melahirkan, maka setelah lahir bayi diberi AZT 2 mg/kg per oral tiap 6 jam
selama 6 minggu
·
Bila ibu sudah mendapat nevirapin dosis tunggal selama proses
persalinan dan bayi berumur kurang dari 3 hari, segera beri bayi nevirapin
dalam suspensi 2 mg/kg per oral.
·
Jadwalkan pemeriksaan lanjutan dalam 2 minggu untuk menilai
masalah pemberian minum dan pertumbuhan bayi.
Pemberian
minum
·
Beri konseling pada ibu tentang pilihan pemberian minum
kepada bayinya. Hargai dan dukunglah apapun pilihan ibu. Ijinkan ibu untuk
membuat pernyataan sendiri tentang pilihan yang terbaik untuk bayinya.
·
Jelaskan kepada ibu bahwa menyusui beresiko tinggi menularkan
infeksi AIDS sedangkan pemberian susu formula dapat meningkatkan resiko
kesakitan dan kematian, khususnya bila pemberian susu formula tidak dilakukan
secara aman. Hal ini dapat terjadi karena keterbatasan fasilitas air untuk
mempersiapkan susu formula, atau karena kesinambungan pemberiannya oleh kelurga
tidak terjamin.
·
Jelaskan pada ibu tentang untung dan rugi pilihan pemberian
minum.
-
Susu formula dapat diberikan bila memungkinkan dalam hal
penyediaannya, kebersihannya dan dapat tersedia setiap waktu.
-
ASI eksklusif dapat segera dihentikan bila susu formula sudah
dapat disediakan.
Usulan pilihan
biasanya adalah ASI ekskusif selama 6 bulan, kemudian ditambah makanan padat
setelah umur 6 bulan.
·
Dalam beberapa situasi, kemungkinan lain adalah :
-
Memeras ASI dan menghangatkan ketika akan diberikan
-
Pemberian ASI peras dari ibu HIV negative
-
Apapun pilihan ibu, berilah nasehat khusus seperti dibawah
ini :
ð Apabila memberikan susu
formula, jelaskan bahwa selama 2 tahun, ibu harus menyediakannya, selain
makanan pendamping ASI
ð Bila tidak dapat
menyediakan susu formula, sebagai alternatif beri ASI ekskusif dan segera
hentikan setelah tersedia susu formula.
ð Semua bayi yang
mendapatkan susu formula perlu tindak lanjut dan beri dukungan kepada ibu cara
menyediakan susu formula dengan benar.
ð Jangan membiarkan minuman
kombinasi. (contoh : minuman dari susu hewani, bubur buatan, susu formula,
disamping pemberian ASI), karena hal ini akan menjadikan resiko terjadinya
infeksi tinggi dari pada pemberian ASI eksklusif.
Susu formula
-
Ajari ibu cara mempersiapkan dan memberikan susu formula
dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum.
-
Anjurkan ibu untuk memberi susu formula 8 kali sehari, dan
beri lagi apabila bayi menginginkan.
- Beri ibu petunjuk
tertulis cara mempersiapkan susu formula
-
Jelaskan risiko pemberian susu formula dan cara
menghindarinya :
-
Bayi akan diare apabila tangan ibu, air atau alat-alat yang
digunakan tidak bersih dan steril, atau bila susu yang disediakan terlalu lama
tidak diminumkan.
-
Bayi tidak akan tumbuh baik apabila susu formula terlalu
encer, terlalu jarang frekuensi pemberiannya, atau bayi mengalami diare.
·
Nasihati ibu untuk mengamati tanda-tanda :
-
Minum kurang dari 6 kali dalam sehari atau minum hanya
sedikit
-
Mencret
-
Berat badan sulit naik.
·
Nasihati ibu agar membawa bayinya untuk pemeriksaan lanjutan:
-
Kunjunganm ulang untuk memantau berat badan
-
Dukungan cara-cara membuat susu formula yang benar
-
Nasihati kembali sewaktu-waktu apabila menemui tanda-tanda
diatas.
Pemberian
ASI
·
Bila ibu memilih menyusui, dukung dan hargai keputusannya.
· Yakinkan cara melekat dan menghisap yang baik, agar tidak
terjadi mastitis dan gangguan putting susu.
· Nasihati ibu agar segera kembali apabila ada gangguan cara
menyusui atau kesulitan minum pada bayinya.
· Pada minggu pertama, nasihati ibu untuk melakukan kunjungan
ulang u ntuk mengetahui apakah cara,posisi,dan perlekatan saat menyusui sudah
baik, serta payudara ibu tidak ada gangguan.
· Atur konseling selanjutnya untuk mempersiapkan kemungkinan
ibu untuk menghentikan pemberian ASI lebih dini.
Tumbuh kembang
Pada infeksi
HIV bayi dapat mengalami BBLR, atau gagal tumbuh. Oleh karena itu, tumbuh kembang bayi dapat
diikuti dengan pemantauan berat badan, lingkar kepala, dan panjang badan. Untuk keperluan ini dapat
digunakan panduan NCHS.
Sumber: Standar Pelayanan Medis IDAI 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar